ANALISIS BAHASA
PENGANTAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DARI SEGI FILSAFAT BAHASA DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Peran Bahasa dalam Proses Belajar Mengajar
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama dan berinteraksi.[1] Sedangkan proses belajar mengajar merupakan proses penyampaian informasi, pesan, materi pelajaran dari sumber belajar kepada peserta didik. Dalam proses belajar mengajar bahasa mempunyai peran yang sangat penting,yakni sebagai media dan kunci utama suksesnya penyampaian pelajaran itu sendiri.
B. Analisis dari Segi Filsafat Bahasa
Dalam analisis bahasa dari segi filsafat bahasa ini, saya mengkutip teori Permainan bahasa dari Ludwig Wittgenstein dan teori Tindak tutur oleh John L. Austin.
1. Teori permainan bahasa Ludwig Wittgenstein
Teori kedua Wittgenstein memuat tentang teori makna dalam penggunaan (meaning in use) dan permainan bahasa (language game). Makna kalimat adalah tergantung penggunaannya dalam bahasa, sedangkan makna bahasa tergantung pengunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenai permaian bahasa (language game), Wittgenstein mengatakan bahwa kita harus melihat, membaca dan memahami suatu bahasa dalam konteks masing-masing, yang artinya ada aturan atau norma dalam mengunakan bahasa di berbagai bidang kehidupan. Contoh di bidang pembelajaran, ketika mengawali pelajaran seorang guru biasanya hanya memulai dengan mengucapkan ” Selamat pagi… tugasnya kemarin yang selesai kumpulkan di depan..!!”atau langsung mengatakan “ buka bukunya…!!”, kata-kata ini terkesan monoton dan kaku, pesertra didik pun akan menjadi kurang semangat memulai pelajaran. Hal ini akan berbeda jika kita mencoba merubahnya dengan mengunakan teori permainan bahasa,”Selamat pagi anak-anak… siap untuk memulai pelajaran dan membuka jendela dunia…..!!!”, kata-kata ini akan menciptakan semangat dan motivasi, serta suasana kelas yang kondusif untuk memulai pelajaran.
2. Teori tindak tutur John L. Austin
Secara sadar atau tidak seorang pengajar terkadang mengunakan kalimat yang mengandung teori tindak tutur dalam kelas, misalnya:
a. Lokusi: tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sesuai apa adanya
Misal : Seorang guru mengatakan kepada murid-muridnya “ Baiklah bel sudah berbunyi anak-anak” (mengatakan apa adanya jika bel sekolah memang telah berbunyi)
b. Ilokusi: tindak tutur untuk melakukan sesuatu
Misal : Seorang guru mengatakan kepada murid-muridnya “ Baiklah bel sudah berbunyi anak-anak”(kata-kata ini bermaksud menginformasikan bahwa jam/waktu belajar telah usai dan memeerintahkan agar para murid merapikan bukunya serta bersiap untuk pulang)
c. Perlokusi: tindak tutur untuk memberian efek agar seseorang bertindak sesuatu
Misal : Ketika seorang guru mengatakan kepada murid-muridnya “ Baiklah bel sudah berbunyi anak-anak”, maka murid akan merespon dengan bersorak “Hore….!!” Atau langsung berkemas, berdoa bersama sebelum pulang, kemudian keluar kelas.
C. Analisis Bahasa dari Segi Psikologi Pendidikan
1. Sekilas tentang psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku yang terjadi dalam tiap proses pendidikan.[2] Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuha kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Apabila kita meneliti dunia pendidikan dalam praktek, masih banyak kita jumpai guru yang berangapan bahwa pekerjaan mereka tidak lebih dari menumpahkan air kedalam botol kosong. Guru yamg benar-benar berhasil adalah guru yang menyadari bahwa dia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia berharga dan berkembang, guruhendaknya mengenal anak didik serta menyelami kehidupan kejiwaan anak didik di sepanjang waktu.[3]
2. Bahasa pengantar proses belajar mengajar di tinjau dari segi psikologi pendidikan
Pemilihan kata kelihatannya hal yang remeh/sepele. Namun dalam proses komunikasi di kelas, kata memainkan peranyang cukup besar. Semakin hati-hati dan tepat anda memilih kata yang anda gunakan, akan semakin efektif pesan yang sampai ke murid.
Selain itu usahakan selalu menggunakan kata yang positif. Guru terlalu sering menggunakan hal yang sebenarnya tidak ia inginkan terjadi. Misalnya, “bapak/ibu paling tidak suka dengan anak malas.” Kalimat ini tidak menarik, tidak memotivasi, cenderung bersifat negatif, bersifat mengeluh dan memarahi murid, serta dapat berdampak membuat down mental muridnya. Sebaliknya jika anda mencoba mengatakan “ bapak/ibu senang bila kalian bisa lebih rajin.” Kelihatannya sepele, tapi efeknya akan sangat berbeda.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak mengirim spam